TIPS DAN TRIK MENUNTUT ILMU
[A] NIAT KETIKA BELAJAR
Pada saat mempelajari suatu ilmu wajib mempunyai niat. Niat adalah kunci dari segala amal, sebagaimana sabda Nabi dalam hadis shahih: ”Sesungguhnya sahnya amal bergantung pada niatnya.”
Ketika menuntut ilmu berniatlah mencari rhido Allah Ta’ala, mengharap kebahagiaan di akhirat, menghilangkan ketidaktahuan yang ada pada dirinya dan orang lain, menghidupkan agama, melestarikan Islam karena keabadian Islam adalah dengan ilmu. Tidak akan mendapatkan kebenaran dalam zuhud dan takwa kecuali dengan mengetahui ilmunya.
Hendaklah dalam menuntut ilmu diniatkan untuk mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan, dan tidak diniatkan untuk mencari muka dihadapan manusia, mencari kenikmatan dunia atau untuk mencari kedudukan dihadapan penguasa.
[B] KESUNGGUHAN, TIDAK PUTUS ASA DAN BERCITA-CITA MULIA
Dalam menuntut ilmu haruslah sungguh-sungguh, dan tidak pernah terhenti. Allah mengisyaratkan hal ini dalam firman-Nya: ”Dan orang-orang yang berjuang di jalan kami pastilah akan kami tunjukan kepada mereka jalan kami.”
Artinya, siapapun yang punya suatu cita-cita dan ia sungguh-sungguh dalam berusaha mendapatkannya maka pasti akan ia dapatkan, siapapun yang terus-menerus mengetuk pintu untuk mencapai yang dicita-citakan maka pasti akan terbuka. Apapun yang kamu inginkan bergantung dari seberapa besar keinginanmu itu.
Tetapi, dalam usaha mencapai kesempurnaan menuntut ilmu maka akan lebih sempurna bila didukung oleh kesungguhan tiga elemen yang sangat menentukan dalam mencapai kesempurnaaa ilmu. Tiga elemen tersebut adalah murid itu sendiri, guru, dan orang tua jika masih hidup.
Hendaknya dalam menuntut ilmu tak putus asa dan selalu menelaah ulang pelajaran yang telah lewat. Menelaah ulang paling baik dilakukan diantara maghrib dan isya dan waku ketika menjelang shubuh. Dua waktu tsb adalah waktu yang penuh berkah.
Masa muda adalah masa yang terbaik dalam menuntut ilmu, karena masa muda adalah masa yang paling lama dilalui. Dalam menerapkannya hendaknya tidak dengan memaksa diri dan tidak memperlemah sehingga tidak mampu melakukan sesuatu. Ia harus memperhatikan dirinya sebai modal sukses dalam segala hal.
Rasulullah SAW, bersabda: “Ingatlah, Islam ini adalah agama yang kuat. Perhatikanlah dirimu dalam menjalankan agama dan jangan kau sakiti dirimu dalam beribadah kepada Allah SWT karena orang yang telah lemah kekuatannya tiada mampu melintasi bumi dan tak mempunyai sarana yang utuh."
[C] LANGKAH AWAL, UKURAN DAN TATA CARA BELAJAR
1.Tahap Awal Belajar
Pelajaran yang diberikan adalah pelajaran yang diperkirakan mampu dikuasai dalam dua pertemuan. Kemudian pada hari berikutnya ditambahkan kalimat demi kalimat, sehingga apabila telah banyak yang ia dapatkan maka ia tetap mapu menguasai hanya dengan dua kali pengulangan. Begitulah terus ditambahkan tahap demi tahap. Adapun bila pada pelajaran pertama langsung diberikan pelajaran yang banyak, sehingga butuh sepuluh kali untuk menerangkannya, maka sampai pelajaran terakhir akan tetap demikian dan akan menjadi kebiasaan yang sulit dihapuskan kecuali dengan usaha yang berat. Ada yang berkata, “ tahap pertama adalah satu huruf tetapi pengulangannya seribu kali.”
Kemudian hendaklah dicatat pelajaran yang untuk kemudian ditelaah ulang dikuasai. Ini sangat bermanfaat sekali. Tetapi janganlah mencatat sesuatu yang tidak mengerti karena hanya membuat letih, menghilangkan kecerdasan dan membuang-buang waktu.
Berusaha untuk selalu memahami apa yang didapat dari guru, atau memahami dengan cara menganalisa, memikirkan dan mengkaji ulang. Pelajaran awal yang selalu ditelaah akan dapat dikuasai. Ada yang berkata, “manghafal dua huruf lebih baik daripada hanya mendengar dua kalimat dan memahami dua huruf lebih baik daripada menghafal dua kalimat.
Apabila tidak paham dalam suatu palajaran dan sama sekali tidak berusaha untuk memahami maka akan menjadi suatu kebiasaan, sehingga akibatnya lemah dalam memahami sesuatu kalimat yang sebenarnya mudah. Disamping sungguh-sungguh dalam belajar harus pula disertai doa kepada Allah SWT dengan penuh harap. Allah SWT menyukai hambanya yang selalu berdoa dan Allah tidak menolak permohonan hambanya.
2. Bermusyawarah
Sesama pelajar haruslah bertukar pikiran (muzhakarah), saling diskusi (munazharah) dan memecahkan masalah bersama-sama (mutharahah) dan dilakukan dengan penuh kesadaran, tenang dan penuh pendalaman serta tidak gaduh. Kesemuanya adalah bentuk dari musyawarah untuk merumuskan mana yang benar.
Musyawarah tidak bisa dilakukan dengan emosi dan dalam suasana yang gaduh. Apabila diskusi dilakukan untuk maksud saling menjatuhkan dan saling mengalahkan maka tidaklah boleh dilakukan. Musyawarah hanya dibenarkan untuk melahirkan kebenaran. Berbicara yang tidak jelas arahmya dan beralasan yang tidak semestinya tidaklah dibenarkan dalam bermusyawarah. Apabila percekcokan dengan lawan bicara masih dalam kerangka mencari kebenaran maka tidaklah mengapa.
Berdiskusi dan tukar pikiran pastilah lebih berguna daripada menelaah sendiri. Diskusi, disamping berfungsi menelaah ulang juga akan menambah ilmu. Ada yang berkata, “diskusi dalam sesaat lebih baik dari menelaah selama satu bulan.
Hindarilah bermusyawarah dengan orang yang suka bertengkar dan tidak bertabiat baik. Tabiat mudah dipengaruhi, akhlak mudah menjadi kebiasaan dan dalam suatu perkumpulan sangatlah berpengaruh.
3. Berpikir dan Berbicara yang Tepat
Dalam setiap waktu, berusahalah untuk selalu mengadakan pengamatan pada ilmu-ilmu yang sulit hingga menjadi kebiasaan rutin. Ilmu yang sulit hanya dapat dipecahkan dengan cara mengkaji secara mendalam.
Ketika hendak berbicara hendaknya dipikirkan terlebih dahulu. Perkataan itu bagaikan anak panah, maka sudah seharusnya meluruskan pembicaraan agar sesuai dengan apa yang dimaksudkan
4. Bersyukur dan Tidak Tamak
Seseorang yang berbadan sehat dan normal pikirannya maka tidak ada alasan untuk tidak menuntut ilmu. Apabila berharta banyak, maka alangkah nikmat bila kekayaan itu dimiliki oleh orang yang shalih. Salah seorang yang alim ditanya, “Dengan apa kamu mendapatkan ilmu?” Ia menjawab, “Ayahku adalah orang kaya. Kekayaannya dimanfaatkan untuk mengabdi pada ahli ilmu dan orang-orang yang mulia.“ Ini juga dapat menjadi penunjang ilmu dan bentuk syukur atas nikmat akal dan ilmu. [Jundullah]
Anjuran Menuntut Ilmu dalam islam
Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu pengetahuan. Islam sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Dalam surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa diri-Nya adalah pengajar (‘Allamahu al-Bayan) bagi umat Islam. Dalam agama-agama lain selain Islam kita tidak akan menemukan bahwa wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah untuk belajar.
Ayat pertama yang diturunkan Allah adalah Surat Al-‘Alaq, di dalam ayat itu Allah memerintahan kita untuk membaca dan belajar. Allah mengajarkan kita dengan qalam – yang sering kita artikan dengan pena.
Akan tetapi sebenarnya kata qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang yang dapat dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata Qalam tidak diletakkan dalam pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata qalam dapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang, komputer dan segala perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai penafsiran kata qalam.
Dalam surat Al-‘Alaq, Allah Swt memerintahkan kita agar menerangkan ilmu. Setelah itu kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada generasi berikutnya. Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapat kita ambil dari firman Allah Swt tersebut; yaitu Pertama, kita belajar dan mendapatkan ilmu yang sebanyak-banyaknya. Kedua, berkenaan dengan penelitian yang dalam ayat tersebut digunakan kata qalam yang dapat kita artikan sebagai alat untuk mencatat dan meneliti yang nantinya akan menjadi warisan kita kepada generasi berikutnya.
Dalam ajaran Islam, baik dalam ayat Qur’an maupun hadits, bahwa ilmu pengetahuan paling tinggi nilainya melebihi hal-hal lain. Bahkan sifat Allah Swt adalah Dia memiliki ilmu yang Maha Mengetahui. Seorang penyair besar Islam mengungkapkan bahwa kekuatan suatu bangsa berada pada ilmu. Saat ini kekuatan tidak bertumpu pada kekuatan fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam hal ilmu pengetahuan. Orang yang tinggi di hadapan Allah Swt adalah mereka yang berilmu.
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw menganjurkan kita untuk menuntut ilmu sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar perhatian dan penekanannya pada kewajiban menuntut ilmu sedetail nabi Muhammad Saw. Maka bukan hal yang asing jika waktu itu kita mendengar bahwa Islam memegang peradaban penting dalam ilmu pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan waktu itu didominasi oleh Islam yang dibangun oleh para ilmuwan Islam pada zaman itu yang berawal dari kota Madinah, Spanyol, Cordova dan negara-negara lainnya. Itulah zaman yang kita kenal dengan zaman keemasan Islam, walaupun setelah itu Islam mengalami kemunduran. Di zaman itu, di mana negara-negara di Eropa belum ada yang membangun perguruan tinggi, negara-negara Islam telah banyak membangun pusat-pusat studi pengetahun. Sekarang tugas kita untuk mengembalikan masa kejayaan Islam seperti dulu melalui berbagai lembaga keilmuan yang ada di negara-negara Islam.
Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah hanya karena dua hal; karena imannya dan karena ketinggian ilmunya. Bukan karena jabatan atau hartanya. Karena itu dapat kita ambil kesimpulan bawa ilmu pengetahuan harus disandingkan dengan iman. Tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Perpaduan antara ilmu pengetahuan dan iman akan menghasilkan peradaban yang baik yang disebut dengan Al-Madinah al-Fadhilah.
Dalam menuntut ilmu tidak mengenal waktu, dan juga tidak mengenal gender. Pria dan wanita punya kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu. Sehingga setiap orang, baik pria maupun wanita bisa mengembangkan potensi yang diberikan oleh Allah Swt kepada kita sehingga potensi itu berkembang dan sampai kepada kesempurnaan yang diharapkan. Karena itulah, agama menganggap bahwa menuntut ilmu itu termasuk bagian dari ibadah. Ibadah tidak terbatas kepada masalah shalat, puasa, haji, dan zakat. Bahkan menuntut ilmu itu dianggap sebagai ibadah yang utama, karena dengan ilmulah kita bisa melaksanakan ibadah-ibadah yang lainnya dengan benar. Imam Ja’far As-Shadiq pernah berkata: “Aku sangat senang dan sangat ingin agar orang-orang yang dekat denganku dan mencintaiku, mereka dapat belajar agama, dan supaya ada di atas kepala mereka cambuk yang siap mencambuknya ketika ia bermalas-malasan untuk menuntut ilmu agama”.
Ajaran agama Islam yang menekankan kewajiban menuntut ilmu tanpa mengenal gender. Karena menuntut ilmu sangat bermanfaat dan setiap ilmu pasti bemanfaat. Kalau kita dapati ilmu yang tidak bermanfaat, hal itu karena faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Sedangkan ilmu itu sendiri pasti sesuatu yang bermanfaat.